Connect with us

Bogor Raya

Pendidikan Karakter Untuk Masyarakat Bogor

Dr. Mumuh Mulyana – IBI Kesatuan

Salah satu Prioritas Utama Pembangunan Bogor diarahkan kepada membangun Karakter Masyarakat Bogor. Ya, membangun karakter dianggap sebagai solusi jitu menyelesaikan berbagai permasalahan yang saat ini berlangsung di tengah masyarakat. Banyak orang dan institusi termasuk pemerintah gencar melakukan pembinaan dan pendidikan karakter. Kurikulum Pendidikan Dasar, Menengah sampai dengan Pendidikan Tinggi seolah berlomba memasukkan materi pendidikan karakter sebagai bagian dari materi pembelajarannya.
Hasil obrolan kecil Penulis dengan beberapa orang biasa sampai dengan kaum intelektual terungkap bahwa permasalahan masyarakat Bogor terjadi sudah ditinggalkannya nilai-nilai karakter dalam berpikir, bertindak, berperilaku dan bersosialisasi oleh masyarakat. Sehingga berbagai permasalahan muncul, seperti  Kemacetan, Kesemrawutan Pedagang Kaki Lima, Tindak Korupsi, perilaku Seks Bebas, penggunaan Narkoba, Pencurian, Kemiskinan, Pelanggaran Perizinan , Masalah kebersihan, Parkir Liar dan berbagai permasalahan lainnya.
Sebut saja Kemacetan di Bogor yang sudah sedemikian semrawut. Tidak mudah untuk menyelesaikan permasalahan ini. Bahkan sebuah sumber anonim pernah mengungkapkan bahwa kemacetan di Bogor tidak akan bisa diselesaikan. Ya bisa jadi, kemacetan di Bogor tidak akan ditemukan solusi pemecahannya.
Hemat saya, berlarut-larutnya permasalahan kemacetan karena adanya karakter tidak baik dari berbagai pihak di Bogor. Siapa sajakah yang dimaksud berbagai pihak tersebut?
Ada yang mengatakan, kemacetan terjadi karena akibat sopir angkutan umum dan mobil pribadi yang tidak berkarakter. Mereka cenderung tidak disiplin dalam mengemudi, berhenti seenaknya, memarkir kendaraan tidak pada tempatnya, saling mendahului, hanya memikirkan diri sendiri dengan dalih mengejar setoran, dan lain sebagainya. Bisa jadi demikian, tapi apakah jika para sopir tersebut diberi materi pendidikan nilai karakter lantas kemacetan di Bogor akan tuntas terselesaikan? Ternyata tidak!
Kemacetan terjadi tidak jarang disebabkan oleh para penumpang juga. Kok bisa? Coba perhatikan saja, seringkali penumpang yang akan menggunakan jasa angkutan umum naik di tempat yang tidak semestinya, demikian pula saat hendak turun, mereka memberhentikan kendaraan di sembarang tempat. Tidak ayal lagi, kondisi tersebut menyebabkan kemacetan luar biasa. Karenanya menjadi penting untuk ditanamkan nilai-nilai karakter kepada para penumpang dan sopir. Akan tetapi, cukupkah dengan cara tersebut? Ternyata tidak!
Bisa jadi, kemacetan terjadi karena ulah oknum polisi yang tidak disiplin menjalankan tugasnya. Tidak jarang di titik-titik kemacetan tidak dijumpai petugas pengatur lalu lintas kendaraan. Bahkan tidak jarang pula terdapat oknum polisi yang “bermain mata” dengan pelanggar lalulintas, sehingga pelanggaran lalulintas pun kembali terjadi di waktu yang berbeda. Jika melihat kondisi ini, menjadi penting untuk ditanamkan nilai-nilai karakter kepada aparat polisi. Cukupkan solusi tersebut? Ternyata masih kurang.
Sebagian masyarakat masih memiliki pandangan bahwa kemacetan di Bogor terjadi karena terlalu banyaknya kendaraan yang beroperasi setiap harinya. Membludaknya jumlah kendaraan angkutan umum disebabkan pula oleh ijin trayek yang diberikan tidak sesuai dengan aturan. Bahkan tidak sedikit angkot yang beroperasi adalah angkot yang sudah habis masa berlaku ijin trayeknya. Melihat kondisi ini, maka kita akan menyimpulkan bahwa nilai-nilai karakter harus ditanamkan kepada petugas dan pimpinan DLLAJ.  Menjadi solusi? Ternyata masih belum.
Bahkan ada yang mengatakan juga, bahwa kemacetan terjadi karena banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan di bahu jalan. Ketidak-tertiban pedagang kaki lima dalam berjualan merupakan bentuk  minimnya aplikasi nilai-nilai karakter dalam keseharian mereka. Lantas kemacetan akan tertuntaskan jika para pedagang kaki lima diberi pendidikan nilai karakter? Ternyata belum juga.
Jika demikian, jangan jangan Penguasa atau Petinggi di Bogor yang memang perlu ditanamkan nilai-nilai karakter secara mendalam dan memastikan pelaksanaannya dengan baik dan benar? Atau bahkan para Wakil Rakyat yang duduk menjadi Anggota DPRD Bogor yang sangat perlu diberi pendidikan nilai karakter? Atau kepada siapa lagi nilai-nilai karakter tersebut perlu ditanamkan?
Bisa jadi, nilai-nilai karakter tersebut sudah tidak ada lagi pada diri saya, sehingga saya harus belajar lagi tentang nilai-nilai karakter dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Lalu bagaimana? Ya ternyata jika disebutkan bahwa betapa pentingnya nilai-nilai karakter ditanamkan dan dibangun di tengah-tengah masyarakat Bogor ternyata tidak cukup hanya pada satu atau beberapa pihak saja.  Nilai-nilai karakter tersebut mesti ditanamkan, dibangun dan dibudayakan kepada seluruh lapisan masyarakat mulai dari masyarakat biasa sampai dengan para petinggi termasuk para wakil rakyat.
Pertanyaan selanjutnya, nilai-nilai karakter seperti apa yang mesti ditanamkan pada masyarakat Bogor, agar permasalahan kemacetan dan berbagai permasalahan lainnya dapat dituntaskan dengan solusi yang mendalam dan menyeluruh?
Nilai-nilai Karakter yang Dicontohkan Rasulullah SAW
Nabi Muhammad SAW sebagai contoh dan suri tauladan bagi seluruh umat manusia telah memberikan gambaran nyata tentang berperilaku kehidupan di tengah-tengah masyarakat dengan implikasi positif pada kehidupan di dunia dan di akhirat. Dari hasil penelaahan, diperoleh lima sifat dan sikap yang harus dilakukan untuk mengubah masyarakat menjadi lebih baik. Inilah nilai-nilai karakter yang dicontohkan dan diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW. :
Pertama, Shiddiq berarti memiliki kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinan serta perbuatan berdasarkan Syari’at dari Allah SWT. Tidak ada kontradiksi dan pertentangan yang disengaja antara ucapan dan perbuatan. Dalam dunia kerja dan dalam aktivitas sehari-hari di tengah masyarakat, kejujuran ditampilkan dalam bentuk kesungguhan (mujahadah) dan ketepatan (itqan), baik ketepatan waktu, ketepatan dalam janji, pelayanan, pelaporan, mengakui kelemahan dan kekurangan untuk kemudian diperbaiki secara terus menerus, serta menjauhkan diri dari berbuat bohong dan menipu baik pada diri sendiri, teman sejawat, perusahaan termasuk mitra kerja. Orang yang berperilaku shiddiq tidak akan pernah menghentikan kendaraannya di tempat terlarang dan mengganggu orang lain, tidak akan juga naik angkutan umum di sembarang tempat, tidak akan mengeluarkan ijin trayek angkutan umum tanpa memperhatikan efek sosial dan efek hukum, tidak akan mengemudikan kendaraan umum yang ijin trayeknya sudah dinyatakan tidak berlaku. Jika seluruh masyarakat Bogor memiliki pemikiran, perasaan dan peraturan yang sama sehingga mampu menerapkan nilai karakter shiddiq di tengah kehidupan, maka bukan suatu hal yang tidak mungkin, Bogor akan menjadi kota yang dinamis tanpa kemacetan.
Kedua, Istiqomah, artinya konsisten dalam iman dan nilai-nilai yang baik meskipun menghadapi berbagai godaan dan tantangan. Istiqomah dalam kebaikan ditampilkan dengan keteguhan, kesabaran dan keuletan, sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal. Istiqomah merupakan suatu proses yang dilakukan secara terus menerus.  Proses tersebut akan  menumbuh-kembangkan suatu sistem dimana kebaikan, kejujuran, dan keterbukaan teraplikasikan dengan baik. Sebaliknya, keburukan dan ketidajujuran akan terreduksi dan ternafikan secara nyata. Orang dan lembaga yang istiqomah dalam kebaikan akan mendapatkan ketenangan sekaligus mendapatkan solusi serta jalan keluar dari segala persoalan yang ada. Orang yang istiqomah dengan kebaikan tidak akan pernah merasa khawatir kehilangan rizqi dari Allah SWT, sekalipun saat mengemudikan kendaraan umum selalu disalip oleh pengemudi yang lain.
Ketiga, Fathanah berarti mengerti, memahami dan menghayati secara mendalam segala hal yang menjadi tugas dan kewajiban. Sifat ini akan menumbuhkan kreativitas dan kemampuan untuk melakukan berbagai macam inovasi yang bermanfaat. Kreatif dan inovatif hanya mungkin dimiliki ketika seseorang selalu berusaha untuk menambah berbagai ilmu pengetahuan, peraturan , dan informasi, baik yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun perusahaan secara umum. Pada cakupan yang lebih luas lagi, mereka tidak akan berani melakukan tindakan yang berpotensi merugikan orang lain, negara dan masyarakat secara umum. Aparat yang memiliki sifat fathanah tidak akan pernah tergiur oleh “rayuan” pengendara yang melanggar peraturan berlalulintas. Ketegasan aparat dalam menindak pelanggar aturan lalulintas, akan memunculkan efek jera bagi pelanggar dan efek pencegah bagi orang lain.
Keempat, Amanah, berarti memiliki tanggungjwab dalam melaksanakan setiap tugas dan kewajiban. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran, pelayanan yang optimal, dan ihsan (berbuat yang terbaik) dalam segala hal.  Penyimpangan pelaksanaan tugas dan tanggungjawab tidak akan terjadi pada diri seseorang yang memiliki sifat amanah. Wakil Rakyat yang amanah tidak akan membuat peraturan yang menguntungkan sebagian masyarakat namun sangat merugikan bagi sebagian masyarakat lainnya.
Kelima, Tabligh , berarti mengajak sekaligus memberikan contoh kepada pihak lain untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan Allah dalam kehidupan kita sehari-hari. Tabligh yang disampaikan dengan hikmah, sabar, argumentatif, dan persuasif akan menumbuhkan hubungan kemanusiaan yang semakin solid dan kuat. Seseorang yang kesehariannya selalu diwarnai dengan sikap tabligh menyampaikan kebenaran kepada orang lain, akan memberikan kontribusi yang sangat nyata bagi perubahan masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik. Kebiasaan seseorang menyampaikan kebenaran dan mencegah kemungkaran kepada orang lain ternyata mampu menjadi ajang pembelajaran yang sangat efektif bagi yang menyampaikan dan bagi yang diingatkan.
Itulah Nilai-nilai karakter yang harus ditanamkan secara mendalam kepada seluruh lapisan masyarakat, sehingga masyarakat dapat berubah menuju ke arah yang lebih baik, lebih nyaman dan lebih mensejahterakan baik di dunia maupun di akhirat. Itulah yang disebut proses perubahan hakiki. Lalu bagaimana melakukan proses perubahan hakiki?
Metode Rasul dalam Melakukan Perubahan
Jika kita menelaah perjalanan dakwah Rasulullah saw. secara mendalam dan jernih maka akan kita dapati bahwa beliau—dalam mengubah dan menata umat—menempuh tiga tahapan.
Apa yang dilakukan oleh Rasul di rumah Arqam bin Abi al-Arqam adalah tahapan pertama -nya. Di rumah tersebut dilakukan penempaan dan pembinaan secara intensif para kader dakwah. Pembinaan intensif ini dilakukan melalui halqah-halqah (kelompok pembinaan kecil di bawah bimbingan pembina halqah yang waktu itu dipimpin secara langsung oleh Rasulullah) untuk menanamkan fikrah Islam kepada kader yang memang telah secara ikhlas ingin terlibat dalam dakwah. Tujuannya adalah untuk membentuk kader yang berkepribadian Islam, yakni yang berpola pikir dan berperilaku sesuai dengan ajaran Islam, serta bersedia terlibat dalam dakwah Islam. Kader-kader dakwah ini selanjutnya diharapkan mau dan mampu mengemban pemahaman Islam yang telah mereka pahami ke tengah-tengah masyarakat.
Tahapan kedua adalah membentuk kesadaran dan opini umum di tengah umat ( tafâ‘ul ma‘a al-ummah ). Perjuangan untuk menerapkan hukum Islam memerlukan kekuatan, yakni dukungan umat. Masalahnya, umat yang bagaimana yang akan mendukung dakwah? Tentu adalah umat yang sadar dan memiliki kesadaran politik Islam, yaitu mereka yang merasa diri dan masyarakatnya harus diatur hanya dengan syariat Islam saja. Jika kesadaran seperti ini telah terbentuk di tengah-tengah masyarakat, ditambah dengan adanya dukungan dari para ahlul quwwah (para politisi, pejabat negara, militer, dan sebagainya) maka berarti dakwah telah memiliki kekuatan pendukung besar untuk menuntut perubahan ke arah Islam. Inilah pentingnya tahap interaksi dengan masyarakat. Perubahan mendasar berlandaskan Islam tidak akan mungkin bisa dicapai jika tidak ada kesadaran umum masyarakat tentang Islam. Kesadaran ini tidak akan tercapai jika tidak ada interaksi para pengemban dakwah dengan masyarakat.
Keterlibatan Rasul saw. dalam benturan pemikiran dengan cara mematahkan argumentasi-argumentasi yang dilakukan oleh masyarakat Arab Jahiliah ketika menyembah Latta dan Uzza serta bentuk-bentuk kemusyrikan dan kekufuran yang lainnya adalah upaya nyata untuk menyadarkan umat bahwa apa yang telah dilakukan mereka selama ini adalah bentuk kebodohan dan kesalahan yang besar. Keyakinan, standar perbuatan, dan aktivitas yang sudah menjadi perilaku hidup masyarakat yang bertentangan dengan seruan Allah, oleh Rasul dirombak dan diganti sesuai dengan perintah dan larangan Allah. Sementara itu, lobi-lobi yang dilakukan oleh Rasul tatkala musim haji dengan kabilah-kabilah yang datang ke Makkah adalah upaya Rasul untuk memperoleh dukungan dari ahlul quwwah (pemilik kekuatan). Sebab, dari merekalah dakwah Islam kemudian mendapat jaminan keselamatan.
Tahapan ketiga adalah penyerahan kekuasaan dari umat kepada para pengemban dakwah yang selama ini menyerukan penerapan syariat Islam. Tatkala dakwah di Makkah semakin menemui hambatan, namun di sisi lain perkembangan dakwah dan penerimaan masyarakat Madinah untuk diatur sesuai dengan syariat Islam semakin mengkristal, maka Rasul kemudian hijrah ke Madinah. Hijrahnya Rasul bukanlah lari dari ancaman siksaan yang akan dilakukan oleh orang-orang Quraisy, namun lebih disebabkan oleh adanya masyarakat Madinah yang mau menyerahkan kekuasaan kepada Rasul untuk mengatur mereka berlandaskan syariat Islam. Di Madinahlah institusi Negara Islam pengayom umat berdiri. Dengan negara inilah kesejahteraan dan kenikmatan hidup umat terjaga.
Walhasil, perubahan mendasar itu adalah menegakkan kehidupan Islam dengan jalan menerapkan syariat Islam secara kâffah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Langkah terpenting adalah melalui penyadaran umat bagi munculnya kekuatan umat demi tegaknya Daulah Khilafah Islamiyah.
‘Alâ kulli hâl , marilah kita sambut seruan Allah Swt. yang berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kalian pada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kalian. (QS al-Anfâl [8]: 24). [MBRK]
Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

17 + 17 =