Connect with us

Galeri Foto

Umat Islam Bersatulah

Islam merupakan penyatu kaum muslimin

Photo: Muslimina

Umat Islam, Bersatulah !

Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya kaum mukminin itu bersaudara,” (Al Quran Al Hujurat 10). Imam Qurthubi di dalam tafsirnya menyebutkan bahwa persaudaraan antar kaum mukminin adalah dalam hal dien dan kehormatan, bukan dalam nasab. Dan oleh karenanya, menurut beliau, persaudaraan dalam dien lebih kokoh dibandingkan dengan persaudaraan nasab. Namun, sayang sikap dan perasaan ini tidak sepenuhnya diaplikasikan oleh kebanyakan kaum muslimin masa sekarang.

Lebih jauh lagi, Allah SWT memerintahkan kepada kaum muslimin untuk bersatu melalui firman-Nya :

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” (QS. Ali Imran 103).

Ayat ini turun mengenai kaum anshar yang mengalami sedikit konflik. Bermula dari melintasnya seorang yahudi pada kerumunan sekelompok kaum anshar yang merupakan penduduk pribumi kota Madinah. Kaum anshar yang berasal dari dua suku, yakni Al Aus dan Al Khazraj, ini pada masa jahiliyah saling berperang selama ratusan tahun. Setelah Islam datang, mereka masuk Islam dan dengan nikmat Allah SWT mereka bersaudara.

Pemandangan yang indah penuh ceria dalam kehidupan muslim itu menimbulakan iri hati Yahudi tersebut dan mendorong niat jahatnya untuk melakukan tindakan memecah-belah kaum muslimin, maka dengan tangkasnya Yahudi itu melakukan politik adu domba dengan mengisahkan kembali perang Bu’ats di masa jahiliyah dan menyebut-nyebut kejantanan, keperwiraan serta kemuliaan masing-masing suku sehingga hati mereka masing-masing menjadi panas bahkan masing-masing mulai mengambil senjatanya. Kabar tentang krisis itu segera sampai kepada Rasulullah SAW. Beliau pun segera datang untuk melerai. Dengan tegas beliau saw berkata pada mereka: “Apakah kalian hendak membangga-banggakan dan menonjol-nonjolkan semangat jahiliyah padahal aku ada diantara kalian ?” Para sahabat anshar dari kedua suku itupun menyesal dan meletakkan senjatanya masing-masing. Demikianlah asbabun nuzul ayat tersebut.

Imam Ibnu Katsir (Tafsirul Quranil ‘Azhim, I, hal. 477) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan habl Allah (tali Allah) bisa juga berarti habl Allah adalah Alqur’an sebagaimana disebut dalam hadits marfu’ dari Ali r.a.: “Dia (Al Quran) adalah habl Allah yang teguh dan jalanNya yang lurus”.

Dan Alqur’an yang merupakan petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa adalah satu-satunya kitabullah atau kitab samawi yang menjadi pedoman kaum muslimin. Dengan berpegang kepada kitab yang sama —yang merupakan wahyu Allah SWT baik lafazh maupun maknanya— kaum muslimin di manapun ia berada akan dapat bersatu padu dan berjuang bersama menegakkan agama Allah. Dengan pegangan yang sama, kaum muslimin akan muncul menjadi umat yang sukses dan selamat dunia akhirat. Berkaitan dengan hal ini Rasulullah SAW bersabda:“Sesungguhnya Alqur’an ini adalah habl Allah yang teguh. Dia adalah obat penyembuh yang bermanfaat. Dia menjadi pelindung (‘ishmah) bagi orang yang berpegang teguh kepadanya. Dan dia menjadi penyelamat orang yang mengikutinya”. (HR. Ibnu Mardawaih dari Abdullah r.a.)

Imam Az Zamakhsyari (Tafsir Al Kasysyaf, I, hal. 386) memaknai firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 103 tersebut dengan nada sama. Beliau menyatakan arti ayat tadi adalah bersatulah kalian atas permohonan kalian kepada Allah, dan kepercayaan kalian kepadaNya, dan janganlah kalian berpecah belah. Bersatulah kalian atas berpegang teguh kepada janjiNya kepada para hambaNya, yaitu iman dan taat, serta bersatulah kalian dengan kitabNya.

Adapun kalimat “Walaa tafarraquu : Janganlah kalian bercerai berai!” disebutkan Imam Ibnu Katsir (ibid) bahwa dalam ayat ini Allah SWT menyuruh kaum muslimin untuk berjamaah dan melarang mereka bercerai berai. Sedang Az Zamakhsyari (ibid) menafsirkannya dengan : Janganlah kalian bercerai-berai dari kebenaran lantaran jatuh dalam perbedaan yang luar biasa sebagaimana pada bangsa Yahudi dan Nashrani. Atau perpecahan dan permusuhan yang kalian alami dulu di masa jahiliyah. Kembalilah kepada yang mempersatukan kalian, yaitu mengikuti kebenaran dan berpegang teguh pada Islam.

Tegas sekali, ayat ini memerintahkan kaum mukminin untuk bersatu atas dasar Islam dan untuk menegakkan Islam dengan hukum syara sebagai tolok ukurnya. Bukan bersatu demi pimpinan kelompok, partai, figuritas, ataupun fanatisme masing-ma-sing. Sebab, Al Quran sebagai tali kemenangan memang diturunkan Allah SWT sebagai metode kehidupan untuk membangkitkan umat dari kelemahan, kehinaan, keterbelakangan, dan keterpecahbelahan. Rasulullah saw, seperti dikutip Imam Ibnu Katsir, menegaskan hal ini :

” Sesungguhnya Allah SWT meridlai kalian tiga perkara dan memurkai kalian tiga perkara , Allah swt meridlai kalian jika kalian (1) menyembahNya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun (2) berpegang kepada tali Allah dan tidak bercerai berai (3) kalian sering menasihati orang yang diserahi Allah kekuasaan/wewenang untuk urusan pemerintahan kalian ….”.

 

Jelaslah bahwa Islam merupakan penyatu kaum muslimin. Sementara, semangat golonganisme, kesukuan dan kebangsaan adalah semangat jahiliyah yang kuno dan tidak layak dijadikan penyatu kaum muslimin. Apalagi hal itu dilakukan untuk berseteru dengan sesama muslim. Untuk itu, setiap muslim harus segera meninggalkan segala bentuk pemikiran dan ikatan kufur beralih pada ikatan Islam. Dengan demikian, setiap upaya untuk menjadikan sesama muslim saling berhadapan dalam bentrokan fisik wajib dihindarkan.

Namun, tidak berhenti sampai langkah cepat dan praktis ini saja. Langkah mendasar dan menyeluruh pun perlu segera dan terus dilakukan. Caranya, pertama, kembali kepada pemahaman-pemahaman (mafahim) Islam yang memang membuang jauh ego golongan, kesukuan, ataupun nasionalisme sebab sesama muslim adalah saudara yang harus saling membahu dalam menegakkan hukum Islam. Kedua, mengusir bisikan dan tipuan syaithan-syaithan dari kalangan imperialis kufur dan para pengikutnya yang justru melanggengkan umat dalam rasa golonganisme, kesukuan, dan nasionalisme. Dan ketiga, terus berupaya bersatu untuk menyatukan umat Islam di sini dengan negeri-negeri Islam lainnya dalam naungan Daulah Khilafah Rasyidah. Dengan ketiga langkah tersebut insyaalah umat terbebas dari perangkap adu domba! Insyaallah!

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

7 − two =