Connect with us

Pendidikan

Kubus Megah Impian

Oleh HANAN FAKHIRA SA’DIYYAH

CERPEN INSPIRATIF

BAGIAN 2


Hari demi hari dilewati oleh Pak Karem, ia berjualan susu tiap hari tanpa henti. Sedikit demi sedikit tabungan dimilikinya sudah hampir mencapai target. Impiannya untuk umroh pergi ke kota Makkah dan Madinah sudah di depan mata.

Pagi yang cerah, Pak Karem meliburkan diri sehari saja untuk mengistirahatkan diri.

“Assalamualaikumm..” tok tok tok, seorang lelaki memakai pakaian rapi mendatangi rumah kayu milik Pak Karem.

“Waalaikumsalam.., maaf ada keperluan apa ya pak?” jawab Pak Karem

“Maaf boleh saya masuk pak?”

“Ooh, boleh boleh pak. Silahkan masuk pak”

“Kebetulan saya tau bapak dari teman – teman kantor yang banyak membicarakan susu dijual bapak yang begitu enak dan Alhamdulillah saya memiliki  sedikit rezeki jadi saya mau sedikit berbagi ke anak – anak panti asuhan,  saya ingin memesan susu murni hangat 300 bungkus untuk besok pagi bisa gak ya pak?”

“Waah, Masyaallah banyak sekali pak. Insyaallah bisa pak.”

“Baik, kalau begitu besok pagi jam 09.00 am saya kesini lagi untuk mengambil susu hangany ya pak”

“Baik pak, siap. Terimakasih banyak ya pak”

 

Pak Karem tak menyangka, matanya berbinar binar terharu atas pemberian Allah yang begitu besar. Dengan sekujur tubuh yang masi gemetar, Pak Karem buru – buru membeli bahan – bahan yang diperlukan untuk besok.

Pak Karem begadang hingga larut malam mempersiapkan susu murni hangat sebanyak 300 bungkus. Tapi, ia pun tak pernah lupa untuk melaksanakan sholat wajib begitupun dengan shalat sunnah rawatibnya. Pukul 02.00 am, plastik ikatan terakhir, akhirnya susu pesanan 300 bungkus itu telah selesai. Pak Karem mengambil wudhu dan Bersiap – siap untuk tidur, agar ia bisa melaksanakan shalat tahajjud. Pukul 03.00 am, Pak Karem telah bangun dari tidurnya untuk melaksanakan shalata tahajjud. Dalam shalatnya ia sangat sangat bersyukur kepada Allah atas rezeki yang Allah berikan. Ia pun curhat, mengeluarkan segala isi hati kepada Allah. Tetesan air keluar dari matanya tanpa ia sadari.

Sudah pukul 09.00 am, Pak Karem menunggu kedatangan bapak pemesan susu tersebut. Sudah 1 jam menungu bapak pemesan susu itu tak kunjung datang, ia berpikir ‘bagaimana jika bapak tersebut tak kunjung datang dan menipu?’ tapi ia menghilangkan prasangka buruk itu kepada Allah. Ia yakin pasti Allah merencanakan yang terbaik.

Akhirnya bapak yang ditunggu tunggupun tiba. Datang dengan tubuh terengah – engah,

“Maaf Pak, saya terlambat. Tadi ada yang perlu saya urus bentar dan di jalan sangat macet”

“Oh iya, tidak apa – apa Pak. Ini pak susu murni hangatnya.”

“Baik, terimakasih ya pak. Ini uangnya” Mejulurkan tangannya yang berisi amplop putih tebal.

Pak Karem mengambil uang tersebut, dengan tangan gemetar. Berucap “Terimakasih banyak ya pak, saya sangat terharu. Kebetulan saya sedang menabung untuk berangkat ke tanah suci, tinggal sisa sedikit lagi dan Allah sangat baik, mengirimkan bapak untuk mebeli susu saya yang begitu banyak.”

“Waah, Masyaallah. Kalau begitu semoga perjalanan bapak menuju ke tanah suci dapat terlaksana dengan lancar. Aamiin.”

Siang itu juga, Pak Karem langsung akan mendaftarkan dirinya untuk pergi  umroh. Sebelum pergi ke counter Haji & Umrah, ia menyempatkan dirinya untuk menemui Hamzah, salah satu karyawan kantor yang menyebabkan susunya ini laris manis. Sesampainya di depan kantor, ia langsung menuju resepsionis kantor dan meminta Hamzah untuk dipanggilkan. Akhirnya, Pak Karem dan Hamzah bertemu kembali setelah sekian lama, disitu Pak Karem banyak menceritakan kehidupan ia akhir akhir ini dan niat ia untuk mendaftarkan diri Haji & Umroh siang ini juga.

Pak Karem ditemani oleh Hamzah datang ke counter Haji & Umrah. Ia langsung mendaftarkan dirinya dan membayarnya lunas. Tetapi, Pak Karem harus menunggu 1 tahun untuk pergi ke tanah suci Mekkah dan Madinah melaksanakan ibadah umrah.

Delapan bulan berlalu, sudah dua bulan ini Pak Karem tidak berjualan susu keliling dan tidak terlihat sekalipun batang hidunya di luar rumah. Tetangga sekitar rumahnya keheranan. Seorang Pak Karem yang selalu rajin berjualan susu, hingga penjualanannya selalu laris manis.

Dengan rasa keheranan tetangganya tersebut akhirnya memutuskan untuk mengecek rumah Pak Karem. Di ketuk pintu rumah “tok, tok, tok”

Sudah lama mengetuk tak ada jawaban dari dalam rumah, akhirnya tetangganya terpaksa memasuki rumah tanpa izin. Terlihat sekujur tubuh lemas diselimuti dengan jaket dan selimut tebal sedang tertidur di atas kasur tak sadarkan diri. Pak Rohman, tetangganya tersebut panik memegang dahi Pak Karem yang panas tinggi. Ia langsung mempersiapkan mobil untuk membawa Pak Karem ke Rumah Sakit.

Setelah diperiksa dokter, Pak Karem dinyatakan mengidap menyakit stroke. Ia harus rawat inap terlebih dahulu untuk beberapa waku. Selama 3 bulan ini Pak Karem tidak banyak bisa melakukan aktivitas apa – apa selain makan, tidur, buang air dan minum obat. Satu bulan terakhir waktunya keberengkatan Pak Karem pergi ke tanah suci Makkah dan Madinah untuk melaksanakan umroh. Untungnya, kondisinya sudah sedikit pulih walaupun masih harus memakai kursi roda untuk pergi kemana – mana.

Dengan kondisi sehabis pulih, tidak berkemungkinan Pak Karem berangkat umroh sendiri, harus ada yang mendapinginya selama disana. Tetapi, mau bagaimana saat ia sakit pun anak – anaknya tidak ada sama sekali menemui Pak Karem. Dengan Nasrullah (Pertolongan Allah) seorang Bapak dermawan pembeli susu membantu Pak Karem mebiayai Hamzah untuk umroh menemani Pak Karem selama disana.

Semua persiapan keberangkatan Pak Karem disiapkan oleh Hamzah. Menunggu boarding bersama jamaah lainnya, suasana tanah suci sudah tercium sangat kuat. Suasana hati Pak Karem terenyuh tak tertahankan hingga tak sadarkan tetesan air bening keluar dari matanya.

Selama perjalanan terbang tak henti – hentinya keluar dari mulut gemetar Pak Karem, ucapan talbiyah “Labbaik Allahumma labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syarika laak”.

Sesampainya ditanah suci, bendungan air mata ini keluar dengan deras. Ia sangat bersyukur bisa menginjakan kakinya disini dengan jerih payahnya selama ini, walaupun dalam kondisi yang tak memungkinkan berjalan karena menggunakan kursi roda.

Udara segar tahajud di Makkah menusuk tubuh. Hamzah mencoba menemui Pak Karem yang sudah ditunggu dari tadi tak kunjung datang. Diketuk pintu kamarnya tak ada jawaban sama sekali, dengan rasa panik dan terpaksa dibuka pintu dengan meminta bantuan petugas hotel tersebut. Setelah diperiksa, kondisi tubuh Pak Karem masi tekapar di atas ranjang dengan wajah pucat sudah tak sadarkan diri tidak bersyawa. Dengan tubuh gemetar dan mata berkaca-kaca Hamzah mangucapkan kalimat istirja, “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”

Suasana haru hati Hamzah karena Pak Karem bisa di shalatkan di Majidil Haram, Makkah. Beliau pun dikuburkan di Jannatul Mala, Makkah. Masyaallah, Teringat banyak sekali pengorbanan Pak Karem hingga bisa sampai di titik ini. Semoga Allah menerima seluruh ibadahnya termasuk ibadah Umroh ini dan mendapatkan tempat terbaik di sisinya. Itulah doa hamzah di depan Ka’bah.

TAMAT

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

13 − five =