
Oleh: Anita Irmawati
Sob, Sob, tau nggak? Sekarang toa masjid punya aturan main sendiri lho. Enggak bisa sembarang berbunyi nyaring mengalunkan ayat suci. Kok, bisa?
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Agama Nomor 05 tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala. Pengeras suara punya aturan dalam pengeras dalam dan luar, volume maksimal 100 desibel sampai jangka waktu maksimal penggunaan 10 menit. Menurut Menteri Agama Yaqut Cholil, edaran tersebut merupakan upaya untuk meningkatkan ketenteraman, ketertiban, dan keharmonisan antarwarga.
Padahal, mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, lho. Kok anehnya aturan speaker masjid disamaratakan. Padahal, mayoritas muslim seharusnya sudah terbiasa dengan aktivitas di masjid.
Bukan cuma kumandang azan sebagai panggilan salat. Tapi ada shalawat nabi, ceramah, khutbah, zikir, hingga alunan merdu tilawah Al-Qur’an. Semuanya itu merdu, Sob. Belum ada kan yang menemui suara dari masjid ini rusuh atau bising bikin pening? No, belum ditemukan!
Nah, enggak harmonis dan tentramnya dimana, Sob? Mikir dong Sob!
Emang sih ngeri pakai banget dalam demokrasi, suara terbanyak dijadikan sebagai pilihan. Apalagi kebebasan beragama dijamin oleh negara. Sehingga, menurut suara terbanyak toa masjid itu bermasalah. Bikin nggak toleran.
Usut punya usut inilah hasil ‘toleransi’ yang dihembuskan oleh arus moderasi beragama. Mayoritas malah ditindas, minoritas semakin bebas. Ide toleransi kebablasan ini cuma menyerang Islam yang notabenenya agama mayoritas di negeri ini. Kok, bisa? Jelas, karena moderasi beragama ini punya tujuan kalau bergama nggak usah kebangetan, fanatik, atau menyeluruh. Cukup jalan tengah aja atau biasa-biasa aja. Termasuk toa masjid kudu biasa-biasa aja.
Padahal, Allah SWT. menganjurkan agar kita beriman secara menyeluruh alias ber-Islam kafah. Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah 2:208)
Pilihan ada di tangan kita. Mau Ber-Islam kafah atau mengikuti langkah setan???