Connect with us

Ekonomi

Bolehkah Berkurban Dengan Berhutang

OLEH: KH. M. SHIDDIQ AL JAWI

 

Tanya :
Assalamualaikum ustadz ijin bertanya bolehkan berkurban dg berhutang? (Budiman, Bandung).

Jawab :

Boleh hukumnya seseorang berhutang untuk membeli hewan kurban, dengan syarat dia mempunyai kemampuan untuk membayar utangnya tersebut. [1]

Imam Ibnu Taimiyyah pernah ditanyai mengenai orang yang belum mampu berkurban, apakah dia boleh berhutang?

Imam Ibnu Taimiyyah menjawab :

إن كان له وفاء فاستدان ما يضحي به فحسن ، ولا يجب عليه أن يفعل ذلك

“Jika dia berkemampuan melunasi utang itu, kemudian dia berhutang untuk membeli hewan kurban, maka itu baik. Namun tidak wajib hukumnya dia berhutang untuk berkurban.” (Ibnu Taimiyyah, Majmuu’ Al Fataawaa, 26/305). [2]

Imam Al Buhuti dari mazhab Hambali berkata:

ومن عدم ما يضحي به اقترض وضحى مع القدرة على الوفاء

“Barangsiapa yang tidak mempunyai uang untuk membeli hewan kurban, dia boleh meminjam dan menyembelih hewan kurban itu asalkan dia berkemampuan untuk melunasi utang itu.” (Imam Al Buhuti, Kasysyaaf al Qinaa’, 3/18). [3]

Bahkan sebagian ulama mensunnahkan seseorang yang belum mampu berkurban untuk berhutang untuk membeli hewam kurban, asalkan dia berkemanpuan untuk melunasi hutangnya itu. [4]

Terkait masalah ini ada sebuah hadits yang membolehkan berutang untuk berkurban, sebagaimana diriwayatkan dari ‘A’isyah RA :

عن عائشة رضي الله عنها قالت:( يا رسول الله أستدين وأضحي؟ قال: نعم فإنه دينٌ مقضيٌ)رواه الدارقطني والبيهقي

Dari ‘A’isyah RA, dia berkata,”Wahai Rasulullah, apakah saya boleh berhutang dan berkurban dengan hutang itu?” Rasulullah SAW menjawab,”Ya, karena sesungguhnya utang itu adalah utang yang akan dilunasi.” (HR Ad Daraquthni dan Al Baihaqi).

Namun banyak ahli hadis menilai hadis itu lemah (dha’if), seperti Syekh Nashiruddin Al Albani dalam Silsilah Al Ahadits As Shahihah nomor 3017.

Meski menilai hadits itu lemah dari segi sanad, Syekh Nashiruddin Al Albani menilai hadis itu sahih (benar) dari segi makna (matan/dirayah), sebagaimana komentar beliau :

ولكن يبدو لي أن معناه صحيحٌ من حيث الدراية؛ فقد ثبت عن عائشة نفسها أنها قالت:قال رسول الله صلي الله عليه وسلم :”من حمل من أمتي ديناً، ثم جهد في قضائه،فمات ولم يقضه؛فأنا وليه“وإسناده صحيحٌ،

“Tetapi nampak bagi saya bahwa makna hadis ini sahih dari segi makna (dirayah), karena telah terdapat riwayat dari ‘A’isyah RA sendiri bahwa beliau berkata,’Telah bersabda Rasulullah SAW : ‘Barangsiapa di antara umatku yang memikul beban utang, kemudian dia bersungguh-sungguh untuk melunasinya lalu dia mati sedang dia belum melunasinya, maka akulah yang menjadi wali bagi dia [akan melunasi hutangnya],” dan isnad hadis ini sahih.” (Nashiruddin Al Albani, Silsilah Al Ahadits As Shahihah nomor 3017). [5]

Kesimpulannya, boleh hukumnya seseorang berhutang untuk membeli hewan kurban, asalkan dia mempunyai kemampuan untuk membayar utangnya tersebut.

Sebaliknya, jika dia tidak berkemampuan membayar utangnya, berarti tidak boleh dia berhutang untuk membeli hewan kurban.

Hendaklah dia bersabar dan menyadari bahwa Allah SWT tidaklah memberi beban kepadanya, kecuali sesuai kesanggupannya. Firman Allah SWT :
لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS Al Baqarah : 286). Wallahu a’lam

Yogyakarta, 8 Agustus 2019

M. Shiddiq Al Jawi
====================
https://t.me/tsaqafiya

Referensi :
[1] https://binbaz.org.sa/fatwas/10823/حكم-الاستدانة-لاجل-شراء-الاضحية

[2] https://www.google.com/amp/s/islamqa.info/amp/ar/answers/41696

[3] http://yasaloonak.net/2016/09/هل-يستدينُ-المسلمُ-ليضحي-؟/

[4] https://fatwa.islamweb.net/ar/fatwa/7198/

[5] http://yasaloonak.net/2016/09/هل-يستدينُ-المسل�