Connect with us

Pendidikan

Amal Maksimal

|Oleh: Yunita Gustirini
[Komunitas Persembahan Untuk Islam]

 

Sahabat, tentu rasa bahagia meliputi hati bisa berada di bulan Ramadhan. Bulan mulia dari Allah SWT. Bulan diturunkannya Alquran sebagai pedoman hidup manusia. Bulan agung yang setiap amal dibalas pahala berlipat ganda.

Maka Ramadhan nggak boleh disikapi biasa saja. Kudu meningkatkan ibadah kepada-Nya. Baik yang sunah, apalagi yang wajib. Menggembleng diri menjadi pribadi yang terbiasa dalam ketaatan. Sehingga ketaatan itu akan terus ada di bulan lainnya.

Kini kaum muslim berada di sepuluh hari terakhir bulan mulia ini. Di fase ini, umat muslim dianjurkan untuk melakukan i’tikaf di masjid seperti yang dicontohkan Rasulullah. Khususnya buat para muslimin. Bertaqarrub, mendekatkan diri pada Allah. Menjauh sejenak dari hiruk-pikuk duniawi. Membangun kembali kesadaran akan hubungan hamba dengan Rabb-nya. Sehingga timbul kesadaran untuk selalu taat pada Allah. Menaati apa yang diperintahkan, serta meninggalkan hal yang dilarang-Nya.

Para muslimah juga bisa melakukannya andai mungkin. Jika keamanan dan kehormatan muslimah dapat terjaga. Tapi kalau nggak memungkinkan, taqarrub mendekatkan diri pada Allah tetap bisa dilakukan di rumah, ya dears.

Sayangnya, kondisi saat ini justru sebaliknya. Bukan masjid, tapi mall, pasar, restoran, kafe yang ramai dikunjungi. Berbondong orang mengunjunginya. Untuk memuaskan indra dan hati. Tak peduli kantong harus jebol karenanya.

Begitulah euforia yang kerap terjadi jelang hari raya. Di akhir Ramadan, keramaian yang semula terjadi di tempat ibadah, telah berpindah posisi. Seperti berpindahnya aneka barang dari etalase toko, berlabuh di keranjang belanjaan para pembeli.

Waspada, ya sahabat. Semua itu kesenangan yang melenakan. Hanya ‘gula palsu’ yang tak sungguhan manis. Banyak yang nggak sadar, Ramadanlah gula sesungguhnya. Yang seharusnya diburu, terlebih di penghujung Ramadhan.

Bagaimana tidak. Berbagai kemuliaan dan keutamaan memancar dari bulan suci nan mulia ini. Mulai dari rahmat dan ampunan Allah SWT, hingga pembebasan dari api neraka. Bahkan Allah sediakan satu malam yang istimewa. Malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Malam yang terdapat di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Malam Lailatul Qadar, namanya.

So, jangan biarkan Ramadhan berlalu tanpa makna, ya guys. Optimalkan segala ibadah. Pacu diri, bisa jadi ini Ramadhan terakhir kita. Mari mengisi hari-hari terakhir di Ramadhan ini penuh khidmat. Berlomba menggapai ridha-Nya. Jangan sampai menyesal saat Ramadan berlalu, tanpa kita lulus bergelar “takwa”.

Sesuai firman-Nya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Wallahua’lam.