Sudah hampir satu bulan umat islam sedunia melaksanakan ibadah puasa, dan datangnya hari kemenangan Idul Fitri tinggal menghitung hari. Ritual penyambutannya pun sangat beragam. Dan seperti biasa suasana yang berbeda setiap tahun.
Memprihatinkan sekali. Suasana ibadah di bulan Ramadhan yang harusnya dipenuhi dengan semangat berlomba-lomba meraih pahala dengan sebanyak-banyaknya. Yaitu dengan memperbanyak ibadah, mulai dari yang wajib sampai yang sunah. Harusnya menyibukkan diri agar mendapatkan malam Lailatul Qadar. Malah semangat ibadah semakin surut. Inilah kesalahan dalam memahami makna idul fitri yang sebenarnya. maknanya mulai bergeser.
Ibadahnya mulai berkurang kekhusyuannya dengan ritual penyambutan Idul Fitri. Pertengahan bulan ramadhan sudah disibukkan dengan pembuatan kue lebaran dan berburu baju lebaran. Bahkan majelis ilmupun ditiadakan dengan dalih sibuk menyambut lebaran.
Meriahnya penyambutan hari raya harusnya dimaknai dengan rasa haru, kemenangan setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa, tuk meraih derajat ketaqwaan. Dan bukan memeriahkannya dengan berlimpah kue-kue lebaran yang harganya fantastik, berburu baju lebaran dan perabot rumah tangga yang nominalnya cukup membuat isi kantong terkuras.
Bukankah sebaiknnya kita mensikapi ritual penyambutan dengan tidak berlebihan. Sadarilah di luar sana banyak saudara seiman kita yang membutuhkan uluran tangan kita agar bisa menyambung hidupnya. Bukankah kita sebaiknya memberikan infak dan shodaqoh kita agar mereka bisa merasakan sukacita dalam menyambut Idul Fitri. Dan lihatlah saudara kita di Palestina yang sudah pasti tidak bisa menyambut Idul Fitri dengan gembira. Mereka bahkan tidak bisa berkumpul dengan keluarga tercinta, karena setiap harinya maut senantiasa mengintai, dan setiap hari mereka harus siap berpisah dengan keluarga tercinta.
Bersyukur dengan rizki yang Allah berikan kepada kita, dengan tidak menghambur-hamburkan rizki kepada hal-hal yang kurang bermanfaat, serta menyantuni saudara-saudara kita yang membutuhkan adalah cara bijak dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri.
Dalan Q. S. Al Isro’: 26-27 yang artinya):
” Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaiton”
Na’udzubillah min dzalik. Semoga kita semua pada Idul Fitri ini termasuk orang-orang yang meraih gelar taqwa, aamiin, insyaallah.
—