Connect with us

Majelis Taqorrub

ISTIQOMAH, Tantangan Pasca Ramadhan

Oleh: Dhila Sudarjo
(Ibu Rumah Tangga Peduli Umat)

Bulan Ramadhan teristimewa di antara bulan hijriah lainnya. Di bulan ini terdapat limpahan pahala pada setiap amal kebaikan. Sehingga setiap umat muslim berlomba melakukan kebaikan. Selain berpuasa, aktivitas ibadah pendukung lainnya, yang wajib maupun sunnah juga harus dilaksanakan. Demi tujuan akhir, mendapat gelar takwa dari Allah SWT.

Ketakwaan ditandai meningkatnya kualitas serta kuantitas amal ibadah seseorang. Semakin membaik perilaku, ibadah dan amal salihnya. Baik kepada Allah (hablum minallah), kepada sesama manusia (hablum minannas) maupun pada diri sendiri (hablum minannafshi).

Sebagaimana firman Allah SWT,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Namun, kini Ramadhan tinggal menghitung hari. Semua keistimewaannya akan hilang seiring berlalunya bulan suci ini. Bagaimana keadaan ibadah dan amal salih pasca Ramadhan, ketika keadaan kembali normal tanpa bonus dan taburan pahala. Masihkah istiqomah dan konsisten menjalankannya?

Dalam Islam, istiqamah secara spesifik bermakna sebuah komitmen dan konsisten dalam Tauhid, ibadah, dan akhlak. Istiqamah dapat berarti lurus, benar, dan tetap atas pendirian. Berpendirian tetap atas suatu keyakinan, yakni kebenaran ajaran Allah SWT. Juga melaksanakan segala ketentuan-Nya.

Orang yang istiqamah selalu kokoh menjaga aqidahnya. Keimanannya tidak akan goyang menjalani tantangan hidup.

Pengertian ini didasarkan pada ayat Alquran yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan ‘Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (istiqamah)’, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih.” (QS 41:30).

Keistiqamahan beribadah menjadi masalah tersendiri bagi setiap umat muslim. Naik turunnya iman seseorang menjadikan keistiqamahan terasa berat. Dibutuhkan perjuangan untuk memelihara keimanan agar tetap istiqamah dalam ketaatan dan beribadah kepada Allah.

Ketika Ramadhan usai, bukan berarti berlomba dalam beribadah terhenti. Karena beribadah dan beramal soleh tidak terbatas waktu. Boleh dilakukan kapan saja dan dimana saja.

Sebagaimana Allah berfirman;

وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 148)

Diperlukan niat yang ikhlas, kesungguhan yang kuat serta pengamalan secara kontinyu. Sebagai cara mewujudkan sikap keistiqamahan dalam beribadah. Karena hanya dapat dicapai dengan mempertahankan keistiqomahan itu. Karena naluri iman manusia mudah berubah jika hati tidak pernah di-update dengan keimanan. Semoga menjadi sosok yang selalu istiqamah dalam ketaatan kepada Allah.

Wallahu’alam.