Connect with us

Politik

Pemilu Diundur Atau Khilafah Dipercepat?

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Akhirnya, PKS dan PDIP satu suara : menolak wacana Pemilu diundur. Mungkin saja, bagi sebagian rakyat khususnya umat Islam, dalam benaknya bertanya-tanya, kenapa PDIP ikut menolak Pemilu diundur ?

Atau, mungkin lebih tepatnya, bagi mereka yang juga menolak Pemilu diundur, juga bertanya-tanya, kenapa PDIP juga menolak Pemilu diundur ? Padahal, sebelumnya semua yang merasa ditindas dan dizalimi, merasa PDIP sebagai partai pendukung penista agama, bersepakat untuk tidak memilih PDIP. Lalu, kenapa kali ini aspirasinya sama dengan PDIP ?

Atau lebih ringkas lagi, kenapa PKS dan PDIP, yang sebelumnya berseberangan, dalam isu pemilu diundur ini bisa memiliki aspirasi yang sama?

Bagi mereka yang selama ini menentang PDIP, merasa PDIP partai korup, biang masalah, sumber kegaduhan, menjadi agak risih. Kenapa dalam isu pemilu diundur, harus memiliki aspirasi yang sama dengan PDIP ?

Saya awali pembahasannya pada pilihan solusi. Selama ini, benak umat Islam hanya dijejali pilihan-pilihan solusi pragmatis. Misalnya, saat Pilpres 2019, umat Islam merasa harus memilih diantara Capres 01 dan Capres 02.

Sehingga, mereka akan berhimpun berdasarkan preferensi politik pencapresan. Gerindra, PAN, PKS dan Demokrat bersatu dan umat meleburkan didalamnya, karena menyatu pada pilihan Prabowo Subianto sebagai capres yang dipilih dan diperjuangkan.

Pasca Pilpres, ikatan itu ambyar. Gerindra dan PAN merapat, tinggalah PKS dan Demokrat yang Melawan. Semua itu terjadi, karena pilihan alternatif dikunci, dan hanya menyediakan pilihan yang sifatnya pragmatis.

Hari ini, kenapa akhirnya umat Islam seperti ‘terpaksa’ bersama PDIP dalam isu Pemilu ditunda ? Karena pilihannya dikunci : Antara Pemilu dilaksanakan sesuai jadwal dan Pemilu ditunda. Akhirnya, umat yang menginginkan pemilu sesuai jadwal satu kubu dengan PDIP.

Motif umat ingin Pemilu sesuai jadwal, karena ingin segera ganti Presiden dan berharap agar segera ada perubahan. Sementara PDIP, ingin menjadikan Puan sebagai capres dan menggantikan Jokowi. Jokowi, meskipun petugas partai dianggap kurang loyal, Jokowi lebih loyal kepada kelompok Luhut Panjaitan cs ketimbang kepada PDIP.

Semua itu, akan membuat perasaan umat teraduk-aduk. Marah dan ridlo Nya, menjadi tidak memiliki standar. Sehingga, hal itu akan terus-menerus memunculkan kekecewaan demi kekecewaan.

Beda kasus, ketika umat Islam menetapkan perjuangan yang fokus. Umat Islam hanya menginginkan penerapan syariat Islam. Pasti, sampai kapanpun umat Islam akan dapat menyelisihi PDIP, karena PDIP sampai kapanpun tak akan pernah mengusung syari’at Islam dalam perjuangannya. Sesuai namanya, PDIP memperjuangkan demokrasi.

Nah, dalam isu pemilu ditunda ini, sudah semestinya umat Islam memiliki alternatif pilihan. Bukan masuk pada pilihan pragmatis, antara Pemilu sesuai jadwal atau diundur.

Sebab, mau sesuai jadwal maupun diundur, hal itu tidak akan mengantarkan pada visi penerapan syariat Islam. Ini sama seperti dulu saat Pilpres 2019, mau 01 atau pilih 02, syariat Islam tidak akan pernah tegak.

Oleh dan karenanya, umat Islam harus memiliki pilihan dan perjuangan sendiri yang dapat merealisasikan visi penerapan syariat Islam sebagai solusi bagi seluruh problem yang mendera. Umat Islam, harus meninggalkan demokrasi yang memiliki fungsi menerapkan sekulerisme.

Satu-satunya visi perjuangan untuk menerapkan syariat Islam, adalah dengan memperjuangkan Khilafah. Perjuangan Khilafah sudah pasti akan merealisasikan syariat Islam dan pasti akan menyelisihi PDIP.

Coba bayangkan, selama ini berseberangan dengan PDIP, begitu dalam isu pemilu satu suara dengan PDIP, dan kalau demo bareng menolak pemilu diundur bersama PDIP, rasanya risih sekali.

Saat ini, umat jangan dikunci dengan pilihan Pemilu ditunda atau sesuai jadwal. Justru umat harus berada dalam pilihan perjuangan untuk mempercepat tegaknya Khilafah, yang jelas jelas visinya menerapkan syariat Islam.

Mempercepat tegaknya Khilafah, maknanya umat harus lebih menyibukkan dirinya dengan dakwah Islam, ketimbang ngurusi Pemilu yang ditunda atau sesuai jadwal. Mempercepat tegaknya Khilafah, maknanya umat harus segera memahami bahwa demokrasi bukan jalan Islam, demokrasi bukan metode menerapkan Islam, demokrasi adalah sistem politik barat yang berfungsi menerapkan sekularisme.

Sekarang, pilihannya ada tiga : 1. Pemilu sesuai jadwal, 2. Pemilu diundur, 3. Khilafah dipercepat. Kalau Anda memilih pilihan pertama, Anda akan berjuang bersama PDIP. Kalau anda memilih pilihan kedua, Anda bersama PKB, PAN, GOLKAR dan Jokowi. Namun, kalau Anda mengambil pilihan ketiga, berarti anda bersama perjuangan seluruh kaum muslimin di dunia yang saat ini serius dan bersungguh-sungguh, berjuang sekuat tenaga untuk menegakkan sistem Khilafah, satu sistem politik Islam yang dikabarkan Rasulullah Saw akan kembali tegak di muka bumi.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 × three =