Connect with us

Pendidikan

Bundaku Mengaji, Aku Bahagia Menyertai

Oleh: Yuyun Rumiwati (Muslimah Peduli Generasi dan Peradaban

 

Bunda, hari ini bunda ada ngaji bareng yaa.. Hore.. Aku senang sekali, aku ikut ya bun. ” Begitu kurang lebih nada bahagia si kecil pada si bunda.

Apa yang bunda rasakan, ketika buah hati kita ceria dan tampak bahagia ikut di acara majelis taklim?, bahagiakah?, terharu kah? Atau justru “jutek” karena si buah hati dianggap pengganggu konsentrasi kita? Oh, tentu tidak..betapa kita berharap mereka adalah pecinta majelis ilmu sampai tutup usianya.

Lalu, bagaimana kita menjaga rasa cinta di buah hati kita cinta majelis ilmu, dan tahu adab bermajelis ilmu?

1. Membiasakan sejak kecil. Pembiasaan mencintai ilmu bahkan sudah dimulai sejak dalam kandungan. Atau pembiasaan calon ibu selagi mudanya. Jika ibunya rajin ke majelis taklim dan anak sering dikutsertakan. Ga heran jika mereka akan rindu dan terbiasa dengan majelis ” Taman Surga”.

Lha, gimana kalau kita terlanjur baru mulai bermajelis taklim sejak jadi ibu? Terlambat kah bagi buah hati kita? Lalu bagaimana? Yakinlah selama bundanya yakin dan sabar untuk bersama mencintai majelis taklim, walau si buah hati belum terbiasa. Lama kelamaan akan terbiasa ketika suasana hati kita ikhlas menyertakan mereka dengan segala bekal kebutuhannya.

2. Mempersaudaraan anak kita dengan putra/putri ibu yang gemar bermajelis taklim. Mungkin awal tidak kenal mereka canggung. Namun, secara intensnya bertemu terlebih dikuatkan dengan saling ziarah (berkunjung) membuat mereka kian akrab dan menyayangi. Dan ini bisa memperkuat semangat mereka untuk datang ke majelis ta’lim karena kerinduan bertemu dengan sesama mereka.

3. Memahamkan keutamaan hadir di majelis ilmu. Bagi yang belum terbiasa di majelis taklim mungkin ke majelis taklim adalah hal yang tidak menarik. Maka sedikit demi sedikit sesuai kapasitas daya pikir dan naluri mereka. Kita sampaikan dengan bahasa menarik entah lewat kisah atau yang lain terkait keutamaan orang yang hadir di majelis ilmu. “Bagaimana doa penduduk langit bahkan ikan di lautan turut mendoakan orang yang menuntut ilmu”. Begitu Rasulullah mengabarkan mulianya para pencinta ilmu.

4. Membiasakan niat menuntut ilmu sebelum berangkat. Niat adalah penjaga amal kita agar lurus dan tak sia-sia. Begitu pun niat ini butuh kita biasakan pada buah hati kita. Dengan niat dan bisikan tulus kepada mereka, “nak, nanti kita ngaji, menuntut ilmu, berkumpul dengan para malaikat, ayo kita doa dan berniat agar acara kita diridhai dan dicintai Allah, ”

Fungsi doa dan niat ini, sekaligus sebagai penjaga dan pengingat anak tatkala mereka mulai nampak bosen atau berulah lebih di majelis. Maklum, anak tentu ga seperti orang dewasa yang bisa anteng tanpa rengekan. Namun, posisi itu bisa diitanggulangi salah satunya dengan mengingat niat ke majelis taklim, “adik / atau kakak ingat ga tadi ke sini untuk apa? ”

5. Siapkan bekal cukup. Bekal dan kebutuhan anak mungkin bisa berbeda. Beda usia, tentu beda kebutuhan. Kebutuhan anak balita dan pra baligh tentu beda. Namun, intinya kesiapan perbekalan oleh sang bunda akan mbantu konsentrasi ananda di majelis.

Bayangkan, ketika anak kota sudah lapar, namun kita ga bawa bekal. Jika memang butuh mainan atau alat tulis menulis. Bisa kita siapkan. Sehingga ananda tidak gampang minta milik orang lain. Syukur-syukur jika buah hati kita yang lebih suka berbagi.

6. Bekerjasama dengan panitia kids corner. Untuk menjaga suasana majelis kondusif, terkadang panitia menyediakan tempat khusus bagi anak-anak. Kita bisa bersinergi dengan panitia tersebut.

Namun, yang perlu kita perhatikan. Tim panitia sifatnya hanya membantu. Dan sang bunda lah penanggung jawab atas si anak. Maka empati dan kepedulian kita butuh terus kita jaga.

Walhasil, para bunda. Sudah bukan saatnya kita ragu dan beralasan menunda ngaji karena alasan si buah hati kita. Buah hati bukan penghalang kita ngaji. Justru merekah lah penyemangat kita. Dan kelurusan niat dan kekuatan tekad serta semangat para bunda bisa mengalir pada buah hati kita. Bukankah, buah jatuh tak jauh dari buahnya, begitu kata pepatah. Terlebih Allah telah menjanjikan derajat lebih tinggi bagi orang-orang berilmu (Qs.Mujadalah: 11)[]
______

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

5 × three =