Pada saat penulis hadir di Jogja untuk memberikan nasehat dakwah, penulis sampaikan tentang konsep kebahagiaan. Banyak orang ingin bahagia tapi menambah syarat, hal itulah yang membuat kebahagiaan justru menjauh darinya.
Ada yang merasa bahagia ketika setelah menikah, ada yang merasa baru bahagia setelah punya anak, ada yang baru dirinya akan bahagia jika telah memiliki rumah, bahagia jika punya kendaraan mobil mewah, dan berbagai syarat kebahagiaan yang dibuat-buat. Bukankah untuk bahagia itu sederhana ? Lantas kenapa setiap kita justru menambah syarat kebahagiaan ?
Bukankah dengan menambah syarat kebahagiaan berarti kita menjauhkan diri dari kebahagiaan ? Kenapa Anda atau kita tidak menikmati masa lajang sebagai sebuah kebahagiaan ? Tanpa harus menyandarkan syarat setelah menikah baru akan bahagia ?
Kenapa rumah tangga kita, menjadi kurang atau tidak bahagia karena kita tambahkan syarat adanya anak ? Bukankah dengan berumah tangga kita juga bisa bahagia ?
Apalagi jika kebahagiaan itu mensyaratkan tidak adanya ujian dan cobaan. bukankah ujian dan cobaan itu bagian dari kebahagiaan itu sendiri ?
Sesungguhnya menjadi pengemban dakwah itu adalah kebahagiaan yang paling tinggi, mampu menyerap rasa dimana orang umum tak mampu merasakannya. menjadi seorang pengemban dakwah itu dapat merasakan kebahagiaan dalam pengertian ‘umat’.
Jiwanya selalu diliputi keinginan untuk bahagia bersama umat. Menyaksikan umat hidup rukun taat kepada Allah dan terpenuhi seluruh hajatnya.
Bagaimana jika seorang pengemban dakwah menghadapi ujian ? Ujian itu bagian dari kebahagiaan. Lantas kenapa kita menarik diri dari kebahagiaan itu ? Dengan menyesali datangnya ujian padahal itu berarti tidak ridho pada ketetapan-Nya ?
Bahagia itu sederhana. katakan saja ‘aku bahagia’ dan rasakan saja kebahagiaan itu. Untuk bahagia jangan pernah menambah syarat.
Dan berbahagialah para pengemban dakwah yang mampu menikmati ujian dan cobaan. berbahagia lah orang orang yang hanya menginginkan ridha-Nya serta mengabaikan celaan manusia.
Bahagialah para pengemban dakwah yang mampu menelusuri jejak-jejak jalan para sahabat. Bahagialah mereka yang mampu menikmati ujian sebagaimana ujian yang pernah diberlakukan kepada sahabat. Bahagialah mereka yang mampu merasakan tekanan kekuasaan Tiran, karena itulah fitrah dari perjuangan.
Berbahagialah wahai para pejuang Islam pengemban dakwah Syariah dan khilafah. yakinlah akan janji Tuhan-mu tentang datangnya nasrullloh tegaknya Daulah khilafah.
Berbahagialah dengan jalan dakwah yang telah kau pilih, jalan dakwah yang telah kau tempuh, jalan dakwah yang tetap kau rengkuh, dan jalan dakwah di mana engkau akan mati di sana bersamanya. Bukankah tempatmu di surga ? Bukankah engkau rindu bersama Rasulullah ? Bukankah dirimu adalah generasi para sahabat era saat ini ?
Karenanya tidak boleh seorang pengemban dakwah memiliki rasa takut. Haram bagi seorang pengemban dakwah menundukkan muka dihadapan penguasa Tiran.
Seorang pengemban dakwah hanya akan meluruhkan wajahnya sujud di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala. Seorang pengemban dakwah hanya membutuhkan ridho Allah dalam kehidupannya. Seorang pengemban dakwah tak membutuhkan apapun kecuali keinginannya untuk taat kepada Allah.
Berbahagialah wahai para pengemban dakwah. Berbahagialah dengan dakwah yang engkau lakukan. Jangan pernah menambah syarat, setiap kali engkau menambah syarat, setiap kali pula engkau akan menjauh dari kebahagiaan.