Selama manusia masih hidup di dunia, maka manusia akan senantiasa diuji oleh Allah subhanahu wata’ala, karena sejatinya hidup adalah proses menghadapi ujian itu sendiri. Ujian yang diberikan Allah kepada hambaNya pasti sesuai dengan porsinya masing-masing, Allah tidak mungkin memberikan ujian diluar batas kemampuan hambaNya. Allah berfirman,
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” (TQS. Al Baqarah : 286).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah membebani seseorang sesuai dengan kesanggupan orang tersebut. Jika seseorang berbuat kebajikan, maka Allah akan memberikan pahala, dan sebaliknya jika seseorang berbuat kejahatan, maka Allah akan menyiksanya.
Berbicara tentang ujian di dunia, hendaknya berbicara juga tentang kehidupan dunia itu sendiri. Tidak sedikit ayat di dalam Alquran yang menyebutkan bahwa dunia ini hanyalah permainan, sebagaimana yang disebutkan Allah dalam firmanNya,
“Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.” (TQS. Muhammad : 36).
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (TQS. Al Ankabut : 36).
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (TQS. Al An’am : 32).
Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa sungguh kehidupan dunia ini hanyalah permainan, tidak pantas seorang Muslim menjadikan kehidupan dunia sebagai tujuan utamanya, karena kehidupan yang sesungguhnya adalah hidup di akhirat.
Namun faktanya, saat ini banyak manusia yang begitu luar biasa mengejar kehidupan dunia. Menggapai dunia dengan berbagai macam cara. Halal haram tidak dihiraukan, asalkan mendapat keuntungan yang banyak, maka akan dilakukan. Na’udzubillah.
Sebagai seorang Muslim, hendaknya senantiasa menatap kehidupan yang sesungguhnya, yakni akhirat. Bukan tertipu dengan kehidupan yang main-main, senda gurau dan menipu ini. Oleh karena itu, mari menghadapi ujian di dunia dengan bekal takwa sebagai proses untuk mendapatkan tempat terbaik di akhirat kelak.
Wallahu a’lam.