

Pendidikan
Fungsi Masjid di Masa Rasulullah saw
Ketika Rasulullah saw berhijrah ke Madinah, langkah pertama yang beliau lakukan adalah membangun masjid kecil dengan bangunan fisik yang sangat sederhana, yang berlantaikan tanah, dinding dan atapnya dari pelepah kurma. Namun demikian, masjid tersebut memainkan peranan yang sangat signifikan dan menjalankan multi fungsi dalam pembinaan umat. Dari sana beliau membangun masjid yang besar, membangun dunia ini, sehingga kota tempat beliau membangun itu benar-benar menjadi Madinah, (seperti namanya) yang arti harfiahnya adalah ‘tempat peradaban’, atau paling tidak, dari tempat tersebut lahir benih peradaban baru umat manusia.
Masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah Saw. adalah Masjid Quba’, kemudian disusul dengan Masjid Nabawi di Madinah. Terlepas dari perbedaan pendapat ulama tentang masjid yang dijuluki Allah sebagai masjid yang dibangun atas dasar takwa (Al-Taubah [9]: 108), yang jelas bahwa keduanya–Masjid Quba dan Masjid Nabawi– dibangun atas dasar ketakwaan, dan setiap masjid seharusnya memiliki landasan dan fungsi seperti itu. Itulah sebabnya mengapa Rasulullah saw meruntuhkan bangunan kaum munafik yang juga mereka sebut masjid, dan menjadikan lokasi itu tempat pembuangan sampah dan bangkai binatang, karena di bangunan tersebut tidak dijalankan fungsi masjid yang sebenarnya, yakni ketakwaan.
Masjid Nabawi di Madinah telah menjabarkan fungsinya sehingga lahir peranan masjid yang beraneka ragam. Sejarah mencatat tidak kurang dari sepuluh peranan yang telah diemban oleh Masjid Nabawi, yaitu:
1. Tempat ibadah (shalat, dzikir).
2. Tempat konsultasi dan komunikasi (masalah ekonomi-sosial budaya).
3. Tempat pendidikan.
4. Tempat santunan sosial.
5. Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya.
6. Tempat pengobatan para korban perang.
7. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa.
8. Aula dan tempat menerima tamu.
9. Tempat menawan tahanan.
10. Pusat penerangan atau pembelaan agama.
Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadat magdhah, seperti shalat dan dzikir, tetapi masjid juga sebagai tempat berbagai kegiatan umat dalam rangka pemberdayaan umat. Dari pembinaan yang dilakukan Rasulullah di masjid itu lahirlah tokoh-tokoh yang berjasa dalam pengembangan Islam ke seantero penjuru dunia, seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin al-Khatab, Usman bin ‘Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Fungsi-fungsi itu selengkapnya adalah sebagai berikut:
Manifestasi pemerintahan terlaksana di dalam masjid, baik pada pribadi-pribadi pemimpin pemerintahan yang menjadi imam/khatib. Masjid juga digunakan sebagai tempat bertemunya pemimpin (pemerintah) dengan rakyatnya untuk bermusyawarah membicarakan berbagai kepentingan bersama. Di masjid juga Nabi menerima delegasi atau tamu dari luar negeri dan mengirim utusannya ke luar negeri, sebagai pusat penerangan dan pembelaan agama.
Masjid di zaman Nabi merupakan pusat pembinaan ruhiyah (tarbiyah ruhiyah) umat Islam. Di masjid ini ditegakkan shalat lima waktu secara berjamaah. Masjid berperan untuk membina dan meningkatkan kekuatan ruhiyah (keimanan) umatnya. Dalam konteks ini sebaiknya dihayati firman Allah dalam surat An-Nur 36-37: “Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di waktu pagi dan petang, orang-orang yang tidak dilalaikan oleh urusan bisnis dan perdagangan atau aktivitas apapun dari mengingat Allah, mendirikan shalat, membayarkan zakat, mereka takut akan suatu hari, di mana pada hari itu hati dan penglihatan menjadi guncang.”
Masjid sebenarnya merupakan “kolam-kolam spiritual” yang akan menghilangkan dahaga spiritual setiap muslim. Tujuan didirikannya suatu masjid tercermin dalam kalimat-kalimat adzan yang dikumandangkan oleh muadzin. Ketika adzan dikumandangkan setiap muslim diperintahkan untuk menjawab/memenuhi panggilan itu dan meninggalkan segala aktivitas lainnya. Ini merupakan suatu bentuk latihan kepatuhan, kedisiplinan, dan latihan militer.
Tujuan mendirikan shalat adalah untuk mengingat Allah, “aqimish shalaata li dzikrii” (Thaha: 14). Mengingat Allah merupakan cara yang tepat untuk memperoleh ketenangan jiwa dan pikiran, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (Ar-Ra’du: 28). Oleh karena itu, masjid merupakan tempat yang ideal untuk menenangkan hati dan pikiran. Di zaman modern ini banyak orang yang hidup gelisah, banyak harta dikorbankan dan berbagai cara dilakukannya untuk memperoleh ketenangan, namun ketenangan yang dicari tak kunjung datang.
Masjid juga berperan sebagai tempat pendidikan dan pengajaran, serta pengembangan ilmu pengetahuan. Di masjid Nabi mendidik para sahabatnya dan mengajarkan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Di masjid para dai dilatih untuk kemudian dikirim ke berbagai daerah untuk mengajarkan Islam kepada penduduknya. Masjid juga digunakan sebagai tempat membaca puisi-puisi ruhiyah yang memuji Allah dan Rasul-Nya, sehingga Nabi mempunyai penyair yang terkenal yaitu Hasan bin Tsabit. Masjid juga berfungsi sebagai asrama untuk para pelajar suffah yang tinggal menetap untuk belajar.
Masjid ketika itu menjadi pusat pengembangan kebudayaan dalam semua aspek kehidupan menuju masyarakat beradab. Tidaklah mengherankan kalau pada masa selanjutnya masjid menjadi pusat berkembangnya ilmu-ilmu keislaman. Misalnya, universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir, yang terkenal itu, pada mulanya merupakan kegiatan belajar di Masjid Al-Azhar yang dibangun pada masa dinasti Fatimiyah.
Masjid Nabawi di Madinah dahulu berperan sebagai pusat kegiatan sosial. Masalah pernikahan, perceraian, perdamaian, dan penyelesaian sengketa masyarakat, semuanya diselesaikan di masjid. Orang-orang yang terluka dalam peperangan juga diobati di masjid. Di masjid pula Nabi memberi pengarahan dan instruksi kepada para tentara yang akan dikirim ke suatu tempat untuk berjihad dan di masjid pula para sahabat berlatih menghadapi peperangan.
Masjid adalah pusat kegiatan-legiatan ekonomi. Di masjid dibangun Baitul Mal tempat harta dari orang-orang kaya dihimpun kemudian didistribusikan kepada fakir miskin dan orang yang membutuhkan uluran dana maupun bahan makanan.