Connect with us

Majelis Taqorrub

Puasa dan Khilafah adalah Perisai

Oleh: Musab Umair (Pakistan)

Shiyam (صيام puasa) ibarat sebuah perisai, Pelindung setiap jiwa-jiwa kita dari api neraka jahannam. Rasulullah Saw bersabda, «الصِّيَامُ جُنَّةٌ مِنَ النَّارِ كَجُنَّةِ أَحَدِكُمْ مِنَ الْقِتَالِ» “Puasa adalah pelindung dari Neraka, sebagaimana pelindung kalian disaat bertempur.”(Ibn Maajah) Sehingga di bulan Ramadan kita melaksanakan kewajiban (fard) puasa dengan ikhlas dalam rangka mengharap pahala dari Allah SWT, ampunan-Nya, kasih sayang-Nya, dan mencegah kemungkaran-Nya. Begitupun dengan Khilafah (Caliphate) juga ibarat perisai, bukan hanya pada tataran individu, tapi juga umat secara keseluruhan. Rasulullah Saw bersabda, «إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ» “Imam/Khalifah itu laksana perisai. Dia akan dijadikan perisai, di mana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng.” (Muslim) Meskipun kewajiban ini bukanlah satu-satuya hukum syara’ itu sendiri -tapi secara keseluruhan- namun Khilafah adalah pangkal dari penerapan Islam secara komprehensif, yang akan menyebarakan Islam melalui aktivitas dakwah serta menjaganya.

Sesungguhnya, setelah masa Rasulullah Saw, Khilafahlah yang menjadi perisai bagi umat untuk melawan musuh. Selama bulan Ramadan pun, Daulah Khilafah memobilisasi pasukan militer untuk memperoleh kemenangan-kemenangan yang menakjubkan, walaupun yang dihadapi adalah musuh yang cukup kuat. Pada Ramadan 13 H, Daulah Khilafah berhasil mengalahkan imperium Persia di pertarungan Buwayb, meluluhlantakkan pusatnya serta mengumumkan kekalahannya.

Pada Ramadan 92 H, Khilafah telah membuka jalur di Andulusia (Spanyol), membuka jalur di Eropa dengan kekuasaan Islam yang berlangsung berabad-abad. Pun pada tahun yang sama, Muhammad bin Qasim membuka jalur di benua kecil India bagi Islam, meletakkan dasar untuk kekuasan Islam terhadap orang-orang Hindu musyrik selama berabad-abad. Di Ramadan 223 H, Khilafah membuka Amuriyah (Amorium), di mana wilayah ini merupakan kebanggaan dari kekuatan imperium Roma. Ramadan 658 H, Khilafah berhasil menaklukkan bangsa Tartar dalam perang Ain Jalut, meskipun mereka menduduki sebagian besar wilayah Negara Islam.

Segala keberkahan ini terjadi di bulan Ramadan pada setiap masa, saat Muslim menaruh perhatian besar terhadap kewajiban penerapan Islam secara komperehensif, menyebarankannya, serta menjaganya. Namun, tanpa adanya perisai yaitu Khilafah, tentara dimandulkan tidak dikerahkan untuk membebaskan Al-Aqsha dari bangsa Yahudi. Dan menyelamatkan Muslim yang ada di Kashmir, agar tidak menjadi martir, terluka, dan dibutakan oleh kaum musyrikin Hindu.

Selain itu, alih-alih memobilisasi pasukan tentara untuk melindungi mereka, para penguasa justru berusaha mengonsolidasikan pendudukan Kuffar atas tanah kita, dengan membuat konsesi demi konsesi kepada mereka. Ramadan ini misalnya, para penguasa Arab tunduk di depan Negara Yahudi, di bawah slogan “normalisasi,” demikian juga para penguasa Pakistan tunduk di depan Negara Hindu.

Dalam upaya untuk menyenangkan tuan-tuan mereka di Washington, para penguasa Pakistan bekerja siang dan malam untuk membuat kompromi budaya, ekonomi, militer dan politik dengan India, memohon kepada umat Islam tentang perlunya “menahan diri.” Kenyataanya, rezim Bajwa-Imran tengah menggali kubur bagi keamanan kaum Muslimin, dengan secara praktis mewujudkan visi Hindu “Akhand Bharat” (Pembesar India), sama seperti penguasa Arab meletakkan dasar untuk “Eretz Israel” (Pembesar Israel).

Ramadan ini marilah kita, kaum Muslimin, melaksanakan puasa sebagai bentuk kewajiban sekaligus berjuang menegakkan Khilafah sebagai kewajiban yang sama.[]

Sumber : https://www.muslimahnews.com/2019/04/23/puasa-dan-khilafah-adalah-perisai/