Connect with us

Galeri Foto

Thufail bin ‘Amru ad-Dausiy

Sri Rahayu

Beliau adalah laki-laki mulia, ahli syair dan cerdas. Beliau berasal dari suku ad-Dausiy. Kehadirannya ke Mekkah telah terlebih dahulu mendapatkan propaganda, fitnah keji tentang dakwah Nabi. Mereka berpesan pada Thufail jangan sekali-kali mendengarkan ucapan Muhammad. Karena nanti bisa terkena sihir yang hebat. Yang bisa memecah belah manusia. Bahkan sihirnya bisa memisahkan dirinya dengan istri dan keluarganya.

Mereka menakut nakuti Thufail sebagaimana mereka menakut-nakuti penduduk Mekah. Jangan sampai ada manusia tersentuh seruan Nabi. Karenanya mereka berusaha memisahkan, jangan sampai masyarakat tersentuh cahaya Islam.

Thufailpun mengambil cara aman. Dia menghindari bertemu Nabi. Bahkan dikatakan telinga Thufail ditutup dengan penyumbat, agar tak mendengar seruan Nabi.

Suatu hari dia pergi ke Kabah dan Nabi ada disana. Tanpa sengaja dia mendengar sebagian ucapan Nabi. Dia merasakan bahwa ucapan Nabi adalah kalimat yang baik. Hingga dia berkata pada dirinya kurang lebih, “Demi Allah dan demi kematian Ibuku. Sungguh ini adalah ucapan yang baik.” “Aku seorang ahli syair.” “Tak ada kebaikan dan keburukan tersembunyi dariku.” “Apa yang menghalangiku dari perkataan yang baik ini?” “Jika Dia membawa kebaikan pasti aku terima dan jika dia membawa keburukan, maka akan aku tinggalkan.

Pendirian kuat Thufail akan mengambil kebaikan dan membuang keburukan, mendorongnya menemui Nabi Saw. Thufail mengikuti Rasul sampai ke rumahnya. Dia menyampaikan kegalauan yang berkecamuk pada Rasul. Rasulullah Saw menjelaskan perkaranya dan membacakan Al Quran.

Dengan penuh seksama Thufail memahami kata demi kata yang keluar dari lisan Nabi yang mulia. Kalbunya tertunjuki pada hidayah, diapun masuk Islam.

Beberapa waktu kemudian Thufail datang kembali ke Mekah membawa 20 orang laki-laki Nasrani dari suku Ad Dausy. Setelah Tufail mendakwahkan Islam pada sukunya, mereka ingin bertemu Rasul.

Mereka menanyakan berbagai perkara kepada Rasul Saw. Rasul menjelaskan dan membacakan Al Quran. Keduapuluh orang Nasrani itu masuk Islam. Demikianlah cahaya Islam kian luas menyebar. Islam menerangi ke luar Mekah.

Ini membuat kafir Quraisy marah. Mereka mengumpat Thufail dan pengikutnya. ” Semoga Allah menggagalkan (menjatuhkan) kalian dari onta.” Umpatan kafir Quraisy tidak sedikitpun membuat mereka terpaling dari Rasul. ucapan buruk yang terus mereka hembuskan tidak berhasil mengeluarkan mereka dari mengikuti Nabi. Bahkan iman mereka semakin kuat. Kecintaan pada Rasul kian dalam terhunjam. Merekapun sangat setia dalam perjuangan bersama Rasul.

Hal ini sebenarnya membuat kafir Quraisy menjadi bertanya-tanya dalam diri. Jangan-jangan ajaran Nabi benar. Dan mereka yang salah. Mereka terus mengevaluasi diri. Tanda tanya besar ini, membuat mereka sembunyi-sembunyi mendengarkan Al Quran.

Abu Sufyan bin Harb, Abu Jahal, ‘Amru bin Hisyam dan al-Akhnas bin Syariq keluar sembunyi-sembunyi menuju rumah Nabi. Mereka mendengarkan bacaan Al Quran. Mereka mengambil tempat masing-masing. Menjelang fajar mereka kembali. Di persimpangan jalan mereka bertemu dan saling memaki tindakan bodoh yang mereka lakukan. “Apa yang dikatakan kaum kita, jika ternyata kitapun lemah di hadapan agama Muhammad?” Bagaimana nasib agama nenek moyang kita?” Salah satu dari mereka menghardik.

Demikian perkembangan Islam, kian bersinar disatu sisi namun perlawanan dakwah juga kian kencang.

Apa upaya yang dilakukan Rasul selanjutnya? Bagaimana perlawanan kafir Quraisy? Yuuk, tunggu sarapan esok pagi.😊

Padang, 16/04/2019

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

14 − five =