

Ketika ayat turun kepada Rasul, Beliau menyampaikan kepada segenap manusia. Pada awalnya penduduk Jazirah Arab mengabaikannya. Mereka menganggap dakwah Nabi tak berarti apa-apa. Mereka belum mengerti apa yang sebenarnya didakwahkan. Mereka tak menganggap berbahaya. Yang mereka tahu, “Inilah putra Abdullah bin ‘Abd al-Muththalib yang mengatakan sesuatu dari langit.” Begitulah respon penduduk Mekah terhadap dakwah, sampai batas waktu tertentu.
Ketika mereka mengetahui dan merasakan bahaya dakwah. Mereka merasa terganggu. Mereka merasa perlu memusuhi dakwah. Mereka mulai mempertanyakan tentang mukjizat risalahnya. Mereka mengatakan Muhammad melakukan hal yang tak masuk akal. Mereka mencerca dan berkata, “Apa?” “Muhammad mengelilingi Shafa dan Marwah?” “Sementara tak ada kitab tertulis dari langit yang menyinggung dirinya?” Merekapun mentertawakan Nabi.
Demikianlah, mereka mengejek dan menghina Nabi dengan cara-cara yang sangat menyakitkan. Tak puas sampai di sini, mereka mempertanyakan. “Mengapa Jibril yang sering berbicara panjang lebar tentang Muhammad tak pernah menampakkan dirinya?” “Mengapa Muhammad tidak memindahkan saja bukit dan gunung yang mengelilingi Mekah hingga menjadikan negeri kita terkungkung?” “Mengapa Muhammad tak mendatangkan air yang lebih tawar dar air Zamzam?” “Mengapa Muhammad tak dapat menghidupkan orang mati?” “Mengapa Tuhannya Muhammad tak mewahyukan tentang harga-harga?” “Sehingga mereka bisa berdagang sepanjang masa?” “Mengapa?” “Mengapa?”
Mereka terus merendahkan, menghina dan menyerang Nabi dengan cara yang sangat keji. Logika mereka yang sesat terang-terangan menantang Islam. Dengan logika tak waras, mereka memfitnah masyarakat agar mereka menjauhi Nabi.
Semua serangan kafir Quraisy itu tak sedikitpun menyurutkan langkah dakwah. Rasul tetap dengan dakwah pemikirannya. Memahamkan hakikat berhala, mencela merendahkan sesembahan mereka. Nabi tetap mencela dan membodoh-bodohkan akal orang yang menyembah dan mensucikannya. Rasulullah Saw terus membersihkan dan mensucikan masyarakat Mekah dengan cahaya Islam. Cahaya tang ketika menyinari kalbu seorang hamba akan menjadikannya bak manusia baru. Manusia yang baru terlahir kembali. Dengan fitrahnya sebagai hamba Allah SWT.
Benturan dan perang pemikiran antara kutlah Rasul dan kafir Quraisy kian memanas. Dakwah pemikiran untuk menggugah kesadaran dengan menjelaskan kebathilan menyembah berhala dan kebiasaan buruk jahiliyah terus beliau gencarkan. Kutlah Rasul beraktifitas politik secara nyata dalam kehidupan. Yaitu dengan mengungkap hakikat manusia dan keharusan tunduk kepada RabbNya. Bukan menyembah berhala dan kebiasaan hidup jahiliyah yang hina. Rasul dan para sahabat terus menyampaikan risalah Islam yang mulia.
Perkara dakwah kian berkembang luas. Kafir Quraisy yang sangat mencintai dunia dan agama nenek moyangnya kian marah. Mereka tak lagi mendiamkan dakwah Rasul. Mereka mulai berfikir apa yang akan mereka lakukan untuk memberangus dakwah Rasulullah saw.
Merekapun menemukan cara untuk melakukan permusuhan terhadap dakwah Rasul. Diantara cara/uslub terpenting yang mereka lakukan adalah penganiayaan.
Mereka menganiaya sahabat yang lemah. Billal bin Rabbah, Yasir, istrinya Tsumayah dan Amar bin Yasir putranya. Tak ada jalan lain kecuali sabar dalam penyiksaan. Walaupun kafir Quraisy menyiksa agar meninggalkan Islam, para sahabat tetap sabar berjuang bersama Rasul. Kecintaan Rasul yang sangat besar membuat kaum muslimin semakin cinta dan setia kepada Rasul. Cinta kepada Allah, Rasulullah dan orang-orang mukmin kian kuat terhunjam.
Rasulullah Saw ketika melewati keluarga Yasir, Beliau berkata, “Bersabarlah wahai keluarga Yasir…” “Sungguh tempat yang dijanjikan Allah untukmu adalah di surga.” “Sesungguhnya aku tak memiliki apapun dari Allah untuk kalian”. Rasulullah mengatakan bahwa tempat yang dijanjikan untuk kalian adalah di surga. Tak ada yang dikatakan Tsumayah, melainkan berkata, “Sungguh aku melihat surga dengan jelas.”
Demikianlah penyiksaan yang dilakukan kafir Quraisy dilewati dengan penuh kesabaran. Sebagai konsekuensi keimanan dan perjuangan di jalan Allah. Kekuatan aqidah Islam makin kokoh dan permusuhan mereka kian kuat.
Sungguh sira’ul fikr/perang pemikiran, antara keimanan dan kekufuran kian menguat. Penyiksaan tak membuat kaum muslimin berpaling dari Islam, kian membuat mereka geram. Merekapun terus berfikir cara apalagi yang harus mereka lakukan untuk membendung laju dakwah Islam. Semakin dibendung bukan semakin surut. Tetapi kian kuat menerjang dinding kesombongan dan kekufuran. Masyarakat jahiliyah kian terganggu dan resah.
Bagaimana kelanjutan perjuangan kutlah Rasulullah Saw? Apalagi cara-cara kafir Quraisy menghadang dan membungkam dakwah Islam. Nantikan Sarapan Kata esok pagi.
Bogor/10/04/2019