Pendidikan
Islam Mengatasi Disfungsi Keluarga
Oleh: Atik Setyawati, S.Si (Praktisi Pendidikan)
Keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat. Hidup bersama individu-individu yang memiliki ikatan darah. Sebuah keluarga akan hidup harmonis apabila anggota keluarga saling menyayangi, menolong dan menghormati satu dengan yang lainnya.
Bagaimana masa depan bangsa pun ditentukan bagaimana lingkungan keluarga mendidik generasi. Oleh karena itu, keluarga sangat berperan penting dalam menentukan masa depan bangsa. Idealnya, keluarga mampu menjalankan delapan fungsinya. Akan tetapi keluarga yang dapat menjalankan kedelapan fungsi tersebut saat ini sulit ditemukan. Yang banyak adalah aneka keluarga yang kurang menjalankan delapan fungsinya.
Adapun delapan fungsi keluarga yaitu, pertama, fungsi reproduksi. Mengawali hadirnya keluarga adalah dengan mahligai pernikahan yang suci. Pernikahan bertujuan untuk melestarikan keturunan. Kadang-kadang fungsi ini tidak berjalan karena qadha dari Allah. Banyak keluarga yang tidak memiliki anak. Atau banyak keluarga yang membatasi jumlah anak karena takut akan biaya perawatan dan pendidikan anak yang mahal, ditambah malu jika memiliki anak yang banyak. Ada juga karena wanita karir yang cenderung tidak ingin punya anak karena ingin mencapai karir dan kepuasan kehidupan dunia. Yang terjadi selain itu justru banyak generasi muda yang memerankan fungsi reproduksi ini. Tanpa pernikahan, hanya bersembunyi dibalik kata cinta. Oleh karena itu, sangat diperlukan individu yang beriman dan bertakwa untuk membangun keluarga. Agar fungsi reproduksi tidak terhenti, dan lahirlah generasi terbaik.
Kedua, fungsi ekonomi. Kemandirian keluarga terbentuk dengan adanya pemenuhan kebutuhan ekonomi. Keluarga yang mandiri dapat memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Tidak jarang kesulitan dihadapi oleh kepala keluarga dalam mewujudkannya. Ketika pengangguran semakin banyak di kalangan suami. Laki-laki sulit mencari pekerjaan ataupun terkena putus hubungan kerja. Padahal, laki-laki yang harus menafkahi kebutuhan keluarga. Sementara, harga-harga kebutuhan pokok terus menanjak, nafkah pun acap kali kurang mencukupi kebutuhan seluruh anggota keluarga. Kemiskinan pun merajalela dan jauh dari harapan sejahtera.
Ketiga, fungsi edukasi. Keluarga menjadi tempat pertama dan utama menyemai aqidah anak. Keluargalah yang membina anak untuk menjadi anak-anak yang sholih dan sholihah, beriman serta bertakwa. Ibu bertindak sebagai istri dan pengatur rumah tangga, menjalankan peran yang penting secara sadar membina anak-anak. Ayah dengan penuh rasa tanggung jawab memimpin istri dan anaknya pada jalan ketaqwaan. Bagaimana jika fungsi ini tidak berjalan sempurna. Seorang ibu lebih memilih banyak beraktivitas di luar dan meninggalkan pengasuhan anak-anaknya. Sementara di rumah pun lebih asyik dengan dirinya sendiri. Yang terjadi, fungsi edukasi ini diserahkan sepenuhnya ke sekolah.
Keempat, fungsi sosial. Keluarga mencerminkan status sosial dan pestise. Muncul istilah keluarga intelektual, keluarga agamis, keluarga pengusaha dan lain-lain. Anggota keluarga yang sholih dan sholihah, menunjukkan keluarga yang baik-baik. Rumah tertata asri dan mencerminkan taraf hidup keluarga. Namun, sekarang banyak keluarga yang acuh tak acuh satu dengan lainnya. Ketika anak bermasalah dan mencoreng nama baik keluarga sebagai akibat pengabaian urusan anak. Naudzubillahi mindzalik
Kelima, fungsi protektif yaitu melindungi anggota keluarga dari ancaman fisik, ekonomi dan psikososial. Ayah mengayomi istri dan anak, tidak hanya melindungi dari bahaya fisik, tapi juga bahaya kelaparan. Sehingga tidak ada penelantaran anak apalagi sampai menderita kekurangan gizi Membiarkan anaknya gizi buruk.
Keenam, fungsi rekreatif. Keluarga adalah pusat rekreasi bagi anggota keluarganya. Rumah sebagai tempat bersemainya kebahagiaan. Dan seluruh anggota keluarga dapat bercanda dalam kegembiraan. Cukuplah masalah pekerjaan ayah berhenti di tempat kerja dengan kata lain masalah kerja tidak dibawa pulang ke rumah. Seorang ibu yang selalu bermuka manis dan tersenyum menyambut ayah dan anak-anak pulang. Semua selalu riang. Namun, banyak masalah menimpa keluarga Muslim saat ini. Percekcokan, ayah-ibu di hadapan anak-anak hingga berujung perceraian. Anak pun tidak betah di rumah, adalah pertanda keluarga tidak harmonis jauh dari fungsi rekreatif.
Ketujuh, fungsi afektif. Keluarga adalah tempat bersemayamnya kasih sayang dan kepedulian. Akan tetapi tidak jarang keluarga yang sudah mengabaikan kasih sayang dan kepedulian ini. Keluarga terasa formal dalam interaksinya. Ayah menjadikan rumah sebagai tempat tidur saja setelah penat bekerja. Anak-anak yang tumbuh meremaja menjadikan rumah sekadar tempat singgah. Hanya sebatas menjadikan orang tua sebagai mesin atm yang didatangi saat dibutuhkan.
Kedelapan, fungsi religius. Keluarga sebagai tempat pertama anak mengenal agamanya. Ibu sebagai peletak pondasi aqidah anak-anak. Mereka dididik sejak dini, ayah menjadi imam dan ibu mengenalkan anak-anak tentang siroh rasul dan sahabat. Keluarga memprioritaskan dakwah pada anak-anak. Namun sayangnya, banyak keluarga yang tak lagi menjadikan agama sebagai dasar dalam muamalah. Dasar yang digunakan justru nilai-nilai liberal. Seperti keluarga yang mengabaikan ibadah, membebaskan anaknya memilih sendiri agamanya, atau menyekolahkan anak ke sekolah beda agama. Hal semacam ini tidak sejalan dengan fungsi religius.
Jika kedelapan fungsi tersebut dapat terlaksana, maka lahirlah keluarga yang sejahtera, sakinah, mawaddah dan penuh rahmah. Setiap anggota keluarga menjalankan fungsinya. Ditambah dengan pengurusan keluarga oleh negara. Islam mengatur bagaimana tugas negara. Negara mengatur urusan rakyat dengan aturan syariat Islam demi kepentingan dan kepentingan umat. Negara berkuasa dan berwenang memaksa setiap warga negara untuk mematuhi hukum yang diterapkan. Juga, negara memberikan sanksi kepada siapa yang melanggar hukum yang berlaku. Negara pun adil kepada seluruh warga negara, tanpa memandang agama maupun jenis kelamin.
Ketika negara menjalankan tanggung jawab kepengurusan warganya dengan benar, delapan fungsi keluarga pun akan tercapai dengan sempurna. Penyediaan lapangan kerja bagi laki laki sehingga lelaki dapat bertanggung jawab memenuhi kebutuhan keluarganya. Sejahteralah keluarga. Anak-anak bahagia, taat, patuh dan berbakti kepada orang tua. Terwujud keluarga yang bertaqwa kepada Rabbnya.
Negara mampu menjalankan segala tugas pengaturan urusan umat, baik dalam negeri maupun luar negeri. Negara menjaga iman dan aqidah, pemahaman tolak ukur dan qonaat masyarakat. Hanya dengan penerapan Islam secara kaffah, akan terwujud keluarga yang dapat menjalankan kedelapan fungsinya.
Wallohualam bishowab